Kupas Tuntas Buku Prof. Rhenald Kasali: Self Driving, Menjadi Driver atau Passenger part 1


Self Driving, menjadi driver atau passenger?. Kalau di artikan ke dalam bahasa Indonesia, kurang lebih artinya seperti ini. 'Pengendalian diri, menjadi sosok pengemudi atau sosok penumpang?.

Sungguh sebuah judul buku yang berhasil membuat banyak orang jadi penasaran. Termasuk gue pribadi nih sob. Jujur, gue nemu (waduh kok nemu?) ini buku di jajaran koleksi buku temen sekamar gue. Dia baru beli ini buku awal november tahun 2014.



Pada awalnya sih ngak terlalu tertarik. Tapi karena lagi ngak ada bacaan. Dan udah lama gue ngak baca buku selain buku kuliah. Mata gue jadi haus banget buat baca buku umum.

Setelah melirik temen satu kamar yang beli ini buku. Mata gue jadi sering banget ngintip ini buku dari balik laptop gue. Belum lagi pas ngeliat judul buku yang bikin gue jadi makin penasaran.

Setelah mata, dan pikiran bener-bener ngak bisa nahan buat baca ini buku. Akhirnya gue minta izin sama temen gue buat baca ini buku (padahal temen gue juga belum selesai bacanya. he..he..he..). Gue cuman bilang ke temen gue yang punya buku. "nanti gue bacanya pake penanda buku dari gue ya, kalo ente pake penanda buku ente".

Alhamdulillah, temen gue yang satu ini sangat baik hati, tidak sombong dan rajin menabung (#Lebay_Mode_On XD). Gue boleh baca ini buku, tapi dengan syarat bacanya di kamar kosan aja. Biar ngak kejadian kayak dulu. (Emang apa kejadiaannya?).

Ya biasanya sih, kalo ada yang minjem buku. Banyak yang lupa diri dan tidak bertanggung jawab. Jadi, habis di pinjem terus lupa (padahal sengaja melupakan) di kembalikan. Belum lagi buku yang niatnya mau gue pinjem, belum selesai di baca juga sama temen gue. Jadilah gue cuman boleh baca buku di kamar kosan aja.

Bab 1 : Ini Soal Mandataris Kehidupan
Kita semua adalah pemegang mandat kehidupan. sewaktu dilahirkan, Tuhan hanya bersabda, "inilah hidupmu", setelah itu kita jelajahi sendiri: Karena suratnya dipegang orangtua, mereka memelihara dengan penuh kesungguhan. Setelah itu, suratnya pun dikembalikan dan pemegangnya bisa memilih untuk menjelajahi kehidupan itu dengan penuh tantangan atau diam saja sebagai penumpang.

Begitulah kiranya isi paragraf pertama dari bab pertama buku ini. Pada bab ini, pemikiran polos kita di rombak dengan kalimat tegas yang sungguh luar biasa. Memang menurut gue ini tidak jauh berbeda dengan ajaran Islam. Seperti misalkan ada istilah seperti ini "Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum kaum itu mengubahnya sendiri" (QS Ar Ra'd:11). Hanya saja, bila mendengar paragraf pertama yang lugas seperti ini, seakan seperti memperjelas serta mempertegas kembali isi surat Ar Ra'd ayat 11 ini.

Ada yang menarik di bab 1 ini. Yakni ulasan mengenai kisah Ryan Tumiwa, pria lulusan S2 jurusan ilmu administrasi FISIP UI. Entah karena gue jarang baca berita atau memang kuper. Pas gue baca ulasan mengenai Ryan Tumiwa. Ternyata pria lulusan tahun '98 itu sempat menggemparkan media massa, lantaran meminta Mahkamah Konstitusi menguji materi Pasal 344 KUHP terhadap UUD 1945. Singkatnya, ia minta di legalkan untuk di suntik mati alias bunuh diri. Padahal pria lulusan S2 FISIP UI ini memiliki IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) sebesar 3,32. (Baca : http://megapolitan.kompas.com/read/2014/08/05/07394181Ignatius.Ryan.Tumiwa.Ingin.Suntik.Mati.karena.Merasa.Sebatang.Kara)

Jadi apa sebenarnya yang terjadi?. Bagaimana bisa, pria berprestasi ini ingin segera mengakhiri hidupnya begitu saja?

Sungguh menggelitik sekaligus membuat miris. Dalam bukunya juga Prof. Rhenald Kasali menceritakan kisah mahasiswanya yang kepergok mendapat nilai A dari kelas marketing, akan tetapi tidak mencerminkan kualitas A yang sesungguhnya.

Bagaimana jadinya bangsa ini, jika banyak generasi mudanya hanya berorientasi pada kuantitas dan nilai semata, tanpa adanya kualitas.

Sering pula kita jumpai di dunia ini, orang-orang sukses terlahir dari orang-orang sederhana, orang (maaf) cacat, tidak unggul dalam kelas/perkuliahan, dsb.

Sering pula kita jumpai, orang-orang seperti Ryan Tumiwa ini. Yang hanya mengedepankan label semata. Padahal, yang membuat diri kita sukses bukanlah label. Akan tetapi, diri kita sendiri.

Pada buku ini dijelaskan pula, bahwa kita diberi mandat berupa 'kendaraan', yakni tubuh kita sendiri. Dan kendaraan inilah yang akan membawa kita menuju impian masing-masing. Sehingga kendaraan ini sangat bergantung kepada kita sebagai driver (pengemudi). Jikalau kendaraan di kendalikan oleh professional driver (pengemudi berpengalaman), maka perjalanannya akan terarah. Lain halnya jika seorang passenger (penumpang), yang ia tidak tahu menahu mengenai kendaraan. Ketika diminta untuk mengendalikan kendaraan, sangat tidak becus dan membahayakan.

Ada quotes menarik dalam bab 1 ini. Salah satunya ialah, " Driver adalah sebuah sikap hidup yang membedakan dirinya dengan "passenger". Anda tinggal memilih, ingin duduk manis, menjadi penumpang di belakang, atau mengambil risiko sebagai Driver di depan?

Pada buku ini pula di jelaskan, bagaimana seharusnya sikap orangtua agar anak yang tumbuh menjadi seorang dengan mental Professional Driver, bukan sebagai bad passenger.

Disinggung pula pada buku ini, mengenai generation gap (baca : http://www.yannurindra.com/generation-gap-di-era-digital/). bagaimana menghadapi generation gap ini?, apa yang harus dilakukan para orangtua dalam menghadapi generation gap yang kehidupannya sangat erat dengan teknologi?

Ada pula mengenai comfort zone (Zona nyaman). Di mana banyak orang di Indonesia (mungkin termasuk gue), yang sulit untuk keluar dari zona nyaman ini. Terutama bagi orang-orang yang sudah bekerja di tempat yang penghasilannya mumpuni. Seperti misalnya BUMN. Di sini, sangat terlihat mental passenger yang melekat. Maka dari itu, dibutuhkan keberanian dan ketegasan sikap dari mental seorang Driver, agar bisa keluar dari comfort zone.

Pada bab 1 buku ini, juga terdapat kisah hidup dari seorang professional driver. Seperti Theodore Roosevelt, Presiden Amerika Serikat yang ke 26 (baca : http://id.wikipedia.org/wiki/Theodore_Roosevelt). Dan Juga kisah mengenai perjuangan hidup sang proklamator Indonesia, Ir. Soekarno.

bersambung...

Comments

  1. elah..
    lanjutannya mana, Bang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe, maaf ya, bukunya lagi di pinjam (itu pun bukunya bukan punya saya :D).

      Delete

Post a Comment

Yuk tingalin Jejakmu di sini :D