Kembali Berkarya

Kembali Berkarya
Pagi ini terasa menyejukkan. Setelah sekian lama aku tenggelam ke dalam heningnya suara bising. Kini kembali aku keluar dengan penuh semangat.

Sudah lama rasanya diriku tidak menulis. Padahal hati kecilku ini terus saja menarik aku dengan paksa untuk menulis. Begitu kebalnya diriku ini dari tarikan hati kecilku membuatku hampir tidak kembali berkarya. Entah karena kebetulan atau disengaja, aku selalu bertemu dengan kawan yang tiada henti terus berkarya dan berusaha. Padahal sudah sering kali rasanya aku berusaha menghindar darinya, hingga kupikir aku sudah melukai hatinya dan membuatnya semangatnya surut untuk kembali berkarya. Sungguh jahat memang diriku ini.


Alhamdulillah, kawan-kawanku semuanya tidak ada yang menyurutkan langkah untuk berkarya. Setiap dari mereka pasti punya prestasi. Ada yang sudah menulis dan menerbitkan buku, ada yang juara program kreativitas mahasiswa tingkat UNJ, bahkan ada pula yang tembus sampai ke PIMNAS, ada lagi yang dengan tegarnya ia terus mengarahkan tenaganya di lembaga kemahasiswaan tanpa ingin diberi imbalan. Yang lebih membuatku kagum ialah, mereka semua yang berprestasi senang sekali dengan membaca buku, padahal banyak kutemui orang-orang yang dengan santainya apabila diberi buku berkata ‘malas ah’.

Aku kembali terpikir, sebenarnya aku ini seorang pelajar atau seorang yang diajar. Jika ditilik kembali mungkin aku lebih sering diajar oleh rekan-rekan ataupun orang-orang di sekelilingku. Namun, aku merasa jika hanya bertanya, mendengarkan lalu meng’iya’kan saja pendapat orang maka itu menandakan aku bukanlah seorang pelajar yang notabenenya pelajarlah yang akan membuat bangsa ini menjadi lebih maju dan berkembang.

Teringat akan murid-murid yang baru dua kali kubimbing. Banyak dari mereka bersekolah dan menjadi pelajar bukan karena keinginannya pribadi. Sehingga, ada rasa sedikit tidak senang ketika mengikuti pembelajaran yang kubimbing. Dampaknya ialah mereka akan setuju menjadi orang yang diajar dan sedikit menolak menjadi pelajar. Hal ini bisa dilihat dengan sikap para murid yang kubimbing. Setelah pembelajaran di tempat pendidikan banyak dari murid yang tidak mencari tahu kebenaran perkataan yang aku sengaja utarakan ketika proses pembelajaran. Bahkan mengulang pelajaran saja sangat jarang. Tak heran apabila banyak dari generasi penerus yang mudah tertipu dan terjebak oleh permainan orang-orang pintar.

Pernah aku mendengar sebuah ungkapan dari sebuah serial film yang membuatku agak terkaget. “Dunia ini diatur oleh pembuat aturan yang Menai mereka adalah orang pintar, maka jika tidak ingin dipermainkan oleh orang-orang pintar janganlah menjadi orang yang tidak pintar. Maka dari itu, jadilah orang-orang cerdas yang tidak bisa dipermainkan oleh orang-orang pintar lalu ubah dunia ini menjadi tempat yang indah dan menyenangkan” (dari film dragon zakura dengan sedikit tambahan).

Belum lama ini aku juga pernah membaca artikel yang isinya adalah simpulan dari lulusan terbaik dari salah satu perguruan tinggi di Amerika. Isi dari simpulan itu kurang lebih seperti ini ‘saya bisa lulus menjadi yang terbaik karena saya mengikuti sistem yang ada, di saat orang lain terlambat datang ke kelas karena fasik mengembangkan bakat mereka, saya rajin bangun pagi hanya sekedar menghindari terlambatnya kelas. Ketika ada yang lupa mengerjakan PR karena sibuk dengan pengembangan kreativitas yang ia miliki, saya rajin mengerjakan semua PR yang diberikan. Saya takut setelah lulus saya tidak bisa berbuat apa-apa.’ (lebih lengkapnya bisa di lihat di http://rinaldimunir.wordpress.com/2013/04/07/pidato-wisudawan-terbaik-memukau-tetapi-sekaligus-menakutkan/)

Dari pernyataan itu bolehlah apabila diambil kesimpulan bahwa jangan mau jadi orang yang hanya diajar (statis/tidak ada perkembangan), tapi jadilah pelajar kreatif yang senang untuk mengembangkan ilmunya serta bakat yang dimiliki. Karena apabila tidak menjadi pelajar maka sulit untuk menjadi cerdas dan kemudian akan mudah dipermainkan oleh orang-orang pintar. Lalu apabila tidak kreatif maka akan sulit untuk terjun dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar dan lebih mudah untuk dipermainkan oleh para orang pintar.

Sekedar bicara mungkin sangat mudah, maka dari itu kita harus bisa menjaga apa saja perkataan yang akan keluar dari mulut kita. Hanya sekedar memberi motivasi bagi orang lain mungkin saja sangat mudah, namun akan jauh lebih sulit apabila memotivasi diri sendiri. Karena alasan inilah aku menulis. Agar aku bisa terus memotivasi diriku, dan syukur Alhamdulillah apabila bisa memotivasi orang lain yang membacanya. Karena tulisan akan lebih sukar untuk dihilangkan jika ketimbang dengan perkataan.

Bismillah, InsyaAllah kembali berkarya untuk Bangsa.

Comments