Membuka kelopak mata, menelusuri segarnya embun pagi,
mendengarkan lembutnya lantunan azan subuh, kemudian beranjak dari tempat tidur
untuk bersiap mengambil air wudu. Seperti itulah suasana Jumat pagiku ini.
Namun, Jumat pagiku ini tak seperti Jumat pagiku yang biasanya. Seperti
catatan-catatan kuliahku yang biasanya kutulis dengan pena bertinta hitam, kini
seakan warna tinta pena ini berubah. Sama halnya dengan warna Jumat pagiku kali
ini. Saat ini kurasakan ada penambahan warna Jumat pagiku ini.
Alhamdulillah, Allah memberikanku warna yang InsyaAllah
menjadi penggugur dosa-dosaku yang lalu. Jika direnungi kembali, tak terhitung
kembali sudah berapa banyak dosa dan kemaksiatan yang sudah ku perbuat. Salah
satu yang masih kurasakan ialah dosa kepada kedua orang tuaku. Orang tua yang
sudah dengan ikhlasnya bersusah payah untuk membesarkanku. Orang tua, yang
dengan kasih sayangnya selalu mendidikku dengan bahagianya hingga aku bisa
berkuliah. Warna itu ialah sakitku. Sudah tiga hari ini aku di berkahi karunia
sakit oleh Allah SWT. Namun aku bersyukur karena dengan sakit ini aku kembali
teringat kepada-Nya. Aku juga teringat kembali akan kedua orang tuaku dan
adik-adikku yang selalu merindukanku untuk menjadi hamba yang saleh dan cerdas,
yang bisa membawa perubahan positif khususnya bagi keluargaku dan umumnya bagi
agama Islam tercintaku.
Suatu ketika pada malam hari sekitar pukul delapan malam, saat
kaki ini beranjak pulang dari kampus menuju tempat tinggal sementaraku, aku
melirik ke sekitarku. Mulai dari kampus hingga sampai ke kamar kos ku. Begitu
beragamnya kehidupan manusia. Melihat keadaan yang demikian, aku bersyukur karena
masih ingat aku ini punya Allah yang harus aku sembah. Aku bersyukur masih di jalan
yang Nabi Muhammad Saw ajarkan. Aku bersyukur karena aku di besarkan oleh kedua
orang tua yang sungguh luar biasa dengan ikhlasnya mengobarkan jiwa dan raganya
untuk membesarkanku. Aku bersyukur punya adik-adik yang aku selalu dibuatnya
kangen oleh kehadirannya. Aku bersyukur ketika Allah mempertemukan aku dengan
sahabat-sahabat tercintaku. Aku bersyukur karena Allah selalu membimbingku
menuju rahmat-Nya, padahal diri ini selalu saja berbuat dosa setiap harinya.
Semoga saja orang-orang di sekitarku juga bisa mensyukuri nikmat Allah yang
luar biasa ini.
Dua tahun menjalani
kehidupan di kampus, membiarkan kelopak mata ini memperlihatkan kepadaku beragam
kisah kehidupan manusia yang walaupun berada dalam kuasa-Nya sikap manusia
kepada-Nya sangatlah beragam. Diperlihatkan kepadaku manusia yang selalu
memunafikkan pemberian (nikmat) Allah, maka aku berdoa agar aku tidak termasuk
ke dalam golongan mereka kemudian berharap agar Allah masih mau membuka pintu
hati mereka agar kembali kepada jalan kebaikan dan ketakwaan. Teringat akan firman
Allah dari surat As Shaff ayat kelima yang berbunyi
“...... Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”
Mengingat ayat ini aku bergumam dalam hati, “Ya Allah semoga
kami tidak termasuk golongan kaum orang-orang fasik, yang karena kefasikan
tersebut hati kami di palingkan dari kebenaran.”
Teringat pula akan kemarin yang
melelahkan. Yang kala itu sakit ini masih terus menggerogoti raga lemahku ini.
Aku diberi kekuatan untuk melangkahkan pagiku untuk berkuliah kemudian berjumpa
dengan sahabat-sahabat karunia Allah kepadaku. Sungguh bahagianya aku berada
dalam dekapan ukhuwah(persahabatan) ini. Alhamdulillah seperti apapun
kondisiku, sahabatku tetap baik kepadaku. Padahal diriku saja belum bisa sebaik
mereka. Aku merasa malu pada diriku sendiri, betapa tidak aku yang selalu
kurang ramah kepada sahabatku, aku yang selalu berburuk sangka kepada
sahabatku, aku yang bersikap sombong kepada sahabatku, aku yang merasa paling
benar terhadap sahabatku, aku yang merasa paling pintar dari sahabatku dan
terkadang aku menghina dan merendahkan sahabatku. Sungguh tak pantas rasanya aku
mendapatkan kebaikan mereka.
Alhamdulillah sakitku ini
membawa kesadaran bagiku agar aku bersyukur kepada-Nya. Karena sakitku aku
teringat akan pengorbanan dan jasa kedua orang tuaku. Karena sakitku aku
teringat akan senyuman manis adik-adikku. Karena sakitku aku tersadar akan
kasih sayang tulus dari sahabat-sahabatku.
Sehabis salat isya, aku pulang
menuju tempat kos ku di temani oleh sahabatku. Alhamdulillah, aku dan sahabatku
sampai ke tempat kos dengan selamat. Sesampainya di tempat kos, aku menyaksikan
penuh riuh dari canda tawa sahabat-sahabatku yang lainnya. Aku bersyukur masih
bisa bercengkerama dengan mereka, aku bersyukur masih bisa bercanda tawa
bersama mereka. Dalam suasana canda tawa aku terlelap lebih dahulu karena aku
merasa sangat lelah.
Dengan kondisi yang masih sakit,
aku tetap memaksakan ingin kembali pulang ke rumah orang tuaku. Akhirnya pada
ke esokkan harinya, setelah seharian beraktivitas di kampus, seusai salat
magrib berjamaah. Aku segera beranjak menuju sepeda motorku yang ku parkir di
tempat parkir kampusku, menghidupkan mesin motorku, memakai helm kemudian jaket
lalu segera berangkat.
Di perjalanan pulang aku melirik
ke jalan yang dulu biasa aku lalui ketika aku masih duduk di kelas tiga ‘Aliah
(SMA). Yang kala itu, aku pulang dari tempat bimbing belajar menuju rumah pada
malam hari juga. Sehingga aku teringat perjuangan dan kerja kerasku dalam
belajar agar aku bisa berkuliah di perguruan tinggi negeri. Aku juga teringat
akan sahabat-sahabat ‘Aliah(SMA)ku yang kini sudah berada di Solo, Depok,
Garut, Bandung bahkan ada yang sampai ke Padang. Teringat dulu aku pernah
berjuang bersama mereka, berjuang untuk mendapatkan hasil terbaik dalam Ujian
Nasional maupun ujian masuk ke perguruan tinggi negeri kala itu.
Tidak mudah memang untuk
meraihnya, ketika itu aku dan sahabat-sahabatku harus rela mengorbankan waktu
untuk terus belajar. Mulai dari pagi hingga beranjak sore, terkadang di tambah
dengan malam hari. Memang raga ini tak sepenuhnya mampu untuk memikulnya.
Terkadang aku menjadi sakit karena tidak bisa menyeimbankan antara waktu
belajar yang semakin padat dengan waktu untuk olahraga dan waktu untuk makan.
Itulah kenangan-kenangan indahku
masa itu, aku pun memutuskan untuk melalui jalan yang biasa ku lalui kala
itu(saat masih SMA). Mengendarai dengan perlahan, melihat ke sekitar apakah ada
yang berubah atau tidak. Merasakan lambaian angin yang sama kala itu. Suasana
yang benar-benar ku rindukan. Teringat pula akan sahabatku yang rumahnya dekat
sekali dengan rumahku. Dulu kami sering pulang bersama-sama. Saling
mengingatkan ketika lupa. Belajar bersama dalam suka maupun duka.
Aku bersyukur, karena dengan
sakitku ini aku bisa mengingat semua yang ku tulis ini. Aku bersyukur karena
Allah masih mengingatku, Aku bersyukur karena Allah mempertemukanku dengan para
sahabat yang baik. Semoga saja sakitku ini bisa menjadi obat bagi dosa dan
kesalahanku. Aaammmiiinnn.
syafakallah hilmy..
ReplyDelete