My Choice

My Choice

Terlelap, hanyut kemudian tenggelam. Begitulah gambaran hati ini ketika sudah dilimpahkan berbagai kelezatan dunia. Akan tetapi, keindahan ini tidak akan bertahan lama. Hanya sesaat namun aku mudah terbuai olehnya. Hingga pada akhirnya di hadapanku dibentangkan dua jalan. Satu jalan aku harus merasakan pahitnya hidup  di dunia dengan janji manis akan sampai pada ujung penantian yang indah, yang satunya sudah di tawarkan di awal perjalanan akan mudah dan indahnya jalan yang kutuju.

Aku terdiam, bisu, tak dapat berbuat apapun. Kuputuskan dengan bijak untuk bertanya pada hati kecilku ini. Namun apa daya, bukannya mendapat jawaban yang pasti tetapi yang kudapat hanyalah pilihan yang tak pasti. Sebagian hatiku ingin membawaku kepada pilihan kedua karena ia akan mempermudah langkah ini dalam menempuh kehidupan dunia. Tapi sebagian yang lain tak mau mengalah, ia mencoba menarikku ke pilihan yang pertama karena tidak mungkin akan mendapat kenikmatan yang layak dengan cara yang mudah. Keduanya menarik aku pejalan yang berbeda. Namun tarikan kepada pilihan pertama begitu kuat, hingga aku tidak bisa membendungnya. Sehingga terseretlah aku pada pilihan jalan yang pertama.

Ribuan bayangan rasa takut seketika itu sering bermunculan dalam pikiranku. Walau berusaha untuk memikirkan hal lain, tetap saja bayangan takut selalu hinggap di pikiran ini. Takut gagal, sakit, di benci teman, dan sebagainya.

Tangan, kaki dan badan ini mulai gemetar hebat karena ketakutan-ketakutanku. Rasanya kian hari kian melemas tak berdaya menghadapi rasa takutku. Itulah risiko yang kudapat dari pilihan ku. Meski begitu, hatiku yang menarik pejalan ini terus menarikku dengan begitu kuat. Sehingga kaki rapuhku ini kembali mendapatkan tenaganya untuk terus melanjutkan perjalanan panjang ini. Tangan yang lemah kembali mendapatkan kekuatannya untuk meraih penantian manis di ujung nanti, lalu badan yang mulanya bergetar menjadi tenang kembali.

Bukannya semakin melemah, hati yang menarik ku pejalan ini malah semakin kuat untuk terus menarikku di jalan ini. Tahukah temanku, jalan apa ini?. Yakni jalan kepada kebaikan dan takwa, lalu yang satunya lagi adalah jalan kepada kemurkaan Allah. Memang tak bisa di pungkiri, aku terkadang kembali pada jalan kemurkaan namun ditarik kembali pada jalan kebaikan dan tawa. Mungkin Allah masih mengingat hamba-Nya yang kecil ini. Mungkin Allah tidak menginginkan hamba-Nya ini mudah terperosok dalam jurang kemaksiatan. Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), seketika itu terlintas dalam benakku kata-kata penuh syukur.

                Jika melihat kembali ke belakang, seakan-akan aku bukanlah siapa-siapa dibandingkan yang lain. Semenjak taman kanak-kanak hingga MAN (Sederajat dengan SMA) tak satu pun aku mendapatkan prestasi di bidang pendidikan. Terkadang aku iri dengan mereka yang bisa ikut kejuaraan matematika, fisika, bahasa Inggris, ataupun mendapat beasiswa. Aku sadari, kala itu diri ini memang tak pantas mendapatkan beragam penghargaan seperti itu. Karena diri ini belum secara sungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Aku juga merasa bahwa aku ini hanya anak yang biasa saja, tak ada yang istimewa dan bisa dibanggakan. Dan berakhir pada rasa malu apabila bertemu pada orang tuaku yang selalu berharap aku bisa menjadi anak yang berprestasi.

                Tapi kini kusadari, aku memang kurang bersyukur kepada-Nya. Padahal dulu aku pernah mendapat kesempatan ikut lomba keolahragaan pada masa TK. Aku juga pernah mendapat peringkat dua nilai terbaik pada saat kelas satu MTs (setingkat SMP). Ataupun tiga kali mendapat juara kedua lomba nasyid tingkat kota Bekasi. Sampai pada akhirnya diberi kesempatan lulus pada ujian SNMPTN tahun 2011 lalu.

                Harus kusyukuri pula, bahwa yang mengantarkan hati ini untuk memilih jalan kebaikan dan takwa adalah atas kehendak serta rahmat Allah SWT. Memang sungguh luar biasa rahmat Allah ini. Berkat-Nya pula aku bisa terus mengembangkan bakat dan potensi dalam diri untuk terus meraih prestasi dan agar impian melihat orang tuaku bahagia terwujud.

                Rahmat Allah tak henti-hentinya diberikan pada hamba-Nya ini. Aku sering dipertemukan oleh orang-orang yang luar biasa, yang pastinya mempunyai segudang prestasi dan ilmu yang bermanfaat. Aku pun di bimbing oleh mereka sehingga hati ini semakin mantap untuk terus melangkah maju pada jalan kebaikan dan takwa ini. Meski ada saja halang rintang, namun kuyakini ini adalah bagian dari langkah untuk semakin dekat dengan rahmat dan petunjuk-Nya.

                Kesuksesan sudah di pelupuk mata, rezeki juga sudah ditentukan tinggal kuputuskan kapan untuk mengambilnya. Percaya dan yakin keputusan Allahlah yang paling benar serta jangan lupa untuk terus bertafakur (syukur) adalah kunci utama sukses dunia dan akhirat. InsyaAllah.

Comments

Post a Comment

Yuk tingalin Jejakmu di sini :D