Mengejar Mimpi

Mengejar Mimpi

       Empat Minggu sudah aku tidak menginjakkan kaki di bumi patriot Bekasi. Sibuk dengan beragam aktivitas di kampus. Mudah-mudahan saja hal ini tidak membuat rasa rindu terhadap orang tua dan adik-adikku meredup.

   Hanyut dalam kesepian di tengah keramaian. Mungkin, begitulah keadaan hatiku saat ini. Meskipun dikelilingi oleh banyak orang namun qalbu ini serasa semakin mendingin.

       Ingin rasanya aku meraih kembali hangatnya kasih sayang keluargaku.
Tak ingin kulepaskan kembali kehangatan yang sudah susah payah terjalin ini. Sms dan telepon tak jarang aku atau orang tuaku lakukan untuk sekedar menanyakan kabar sembari melepas kerinduan.

       Di kampus aku mencoba membangkitkan semangatku untuk memulai langkah menempuh impian. Hingga diri ini terperosok pada tiga organisasi ‘sekaligus’. Meski terasa lelah raga ini bergerak, namun aku memaksakan diri agar raga ini sanggup menempuh beban amanah ini. Alhamdulillah, selama berkecimpung dalam dunia organisasi di kampus banyak sekali teman dan pengalaman sangat berharga yang ku dapat. Motivasi, semangat dan dorongan menuju impian juga semakin meningkat.

         Aku bersyukur, berkat organisasi dan tentunya rahmat dari Allah SWT aku bisa merintis sedikit demi sedikit impian. Aku mulai mengerti makna sesungguhnya di balik titel mahasiswa. Makna mahasiswa yang berarti sudah tidak selevel dengan siswa. Namun bukan level kenakalannya melainkan daya kritis, wawasan serta tingkah laku (akhlak)nya.

        Dulu, ketika baru awal masuk perkuliahan, mataku ini masih tertutup. Tak mau melihat indahnya masa depan. Tak terbuka dengan masukan ataupun kritik orang lain. Tak serius dalam bidang akademik . Sikap ini juga hanya mengikuti hawa nafsu saja. Tak ada yang bisa di banggakan dari diri ini. Padahal, orang tuaku sudah susah payah membanting tulang agar aku bisa berkuliah di perguruan tinggi negeri.

     Entah keberuntungan atau mungkin rahmat dari Allah yang datang kepadaku. Bertemu dengan para aktivis dakwah kampus. Atau mungkin ini adalah do’a yang dari orang tuaku agar kelak aku bisa menjati tumpuan harapan kebanggaan mereka. Hingga meskipun jauh dari rumah, Allah tetap membimbingku melalui para sahabat saya dan juga para kakak kelas saya di berbagai lini organisasi. Hingga pada akhirnya kehangatan baru pun terjalin dengan baik di kampus.

    Tapi, entah kenapa diri ini masih belum bisa menggerakkan seluruh kemampuannya. Masih merasa angkuh. Tak begitu peduli dengan keadaan lingkungan di sekitar. Rasanya, hanya diri pribadi yang paling penting.

   Alhamdulillah Allah tidak membiarkanku terlarut terlalu lama dengan keadaan seperti itu. Allah mempertemukan aku dengan orang-orang yang mengajari banyak hal mengenai pentingnya berempati dan membantu orang lain. Teringat pula akan perkataan baginda Rasulullah Saw, “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat”. Kita mungkin sering mendengar hadis ini. Namun, sudah berapa banyak dari kita yang benar-benar menerapkannya?.

   Ku akui, memang terkadang diriku ini sering lupa dan khilaf. Namun, tetap ku usahakan agar diri ini menjadi pribadi yang dirindukan oleh surga-Nya. Beruntungnya aku, selalu dibimbing dan diingatkan oleh orang-orang di sekitarku. Benar-benar rasanya Allah itu dekat dengan hamba-Nya. Meski terkadang ada saja halang rintang ujian kehidupan ini, namun pada akhirnya ujian itu membuat diri ini semakin yakin akan keberadaan-Nya. Karena aku yakin, Allah tidak akan memberi ujian lebih besar daripada kemampuan hambanya.

    Ya Allah, semoga saja nanti aku bisa menempatkan diri ini di tempat yang membuat orang tuaku bahagia dan juga berada pada tempat yang mulia disisi-Mu. InsyaAllah.

Comments

Post a Comment

Yuk tingalin Jejakmu di sini :D