Mujahadah


Sejak awal aku masuk Universitas Negeri Jakarta (UNJ), aku ingin sekali masuk ke Lembaga Dakwah Kampus. Pokoknya pengennya ber-Islam dengan bener deh. Ngak mau Islam yang cuma salat doang, tanpa ada pembahasan mengenai salat secara mendetail. Ngak cuma ngaji tapi ngak ngerti apa hukumnya, cara bacanya, maupun maksud dari ayat yang dibaca. Pokoknya pengennya lebih deh. Untuk itu, setelah aku di terima di salah satu jurusan yang ada di naungan fakultas teknik. Aku berkenalan dengan FSI Al-Biruni, satu-satunya pusat dakwah di fakultas teknik Universitas Negeri Jakarta. 



Garang, masuk dan menusuk. Seperti itulah gambaran aku ketika melihat ikhwah – ikhwah hebat di FSI Al-Biruni. Maksudnya apa? Yakni perjuangan dakwah mereka yang selalu penuh onak duri, rintangan, dan portal – portal penghalang dakwah yang ikut bangkit bersama perjuangan dakwah para ikhwah di FSI Al-Biruni. Meskipun begitu, aku bersyukur masih banyak dari para pejuang itu terus bertahan karena mereka yakin orang yang menolong Agama Allah PASTI, Allah akan menolongnya

Allah adalah tujuan kami, Rasulullah tauladan kami, Al-qur’an pedoman hidup kami, mati di jalan Allah adalah cita – cita kami tertinggi. Lantunan indah penyemangat perjuangan para kader – kader tangguh FSI Al-Biruni. 

Akhirnya pada kuartal semester ke dua, aku berhasil masuk ke jajaran kabinet Muslim Fighter 2012 FSI Al-Biruni. Kala itu mendapat porsi sebagai Kepala Biro Muamalat yang mempunyai peran sebagai tiang penyangga aktivitas dakwah FSI Al-Biruni dalam ranah pendanaan. 

Sejujurnya, posisi ini adalah posisi yang pertama kalinya aku tempati. Karena, dulu ketika aku masih menempuh ilmu di Madrasah ‘Aliyah, di OSIS aku sering mendapat posisi sebagai Humas. Untuk itu, sebelum kuputuskan apakah aku ambil atau tidak posisi ini, aku bertanya dahulu ke kakak kelas di jurusan Teknik Elektro yang juga mantan Ketua FSI Al-Biruni. Langsung tanpa basa basi kutanyakan maksud kedatanganku ke beliau, “ka, ini gimana nih? Ambil ngak yah?”. Beliau pun berpendapat kalau hal itu sanggup aku ambil maka harus diambil, tapi apabila dirasa tak sanggup maka lebih baik tidak usah diambil. Beliau juga memberi saran – saran bermain di organisasi dengan cantik yang hal ini menjadi penyemangat dakwah di fakultas teknik ini. 

Kuputuskan tetap kuambil tawaran itu. Lalu, perjuanganku di mulai detik itu. Semangat yang membara terus membakar tubuh ini di kuartal awal kepengurusan. Staf yang loyal, penuh semangat dan ramah membuat tekad untuk memajukan dakwah melalui wirausaha ini semakin membara. 

Akhirnya selama kurang lebih sebelas bulan berkecimpung di dunia dakwah fakultas teknik, aku merasakan juga terjalnya jalan dakwah ini. Letih, sakit dan pahitnya benar – benar terasa menusuk. Namun, bukan dakwah namanya jika tak ada portal penghalangnya. Bukan dakwah namanya jika mudah jalan untuk dilaluinya. Bukan dakwah namanya jika menyerah di tengah jalan. Karena itu, aku terus berupaya menyemangatkan diri ini untuk terus melesat maju menyonsong kemenangan dakwah kampus. Karena aku yakin, kemenangan tersebut pastilah akan tiba, tinggal bagaimana cara kita untuk meraihnya. 

Semakin lama, aku semakin sadar bahwa diri ini belum cukup maksimal dalam berdakwah. Maka dari itu, mulai detik ini aku berazam akan terus berupaya memaksimalkan potensi dakwah yang aku miliki. Dan semoga saja, kawan – kawan seperjuangan tidak lelah dalam upaya dakwah ini. Tidak terlena oleh kenikmatan sesaat yang pasti akan musnah. Dan juga tidak kehilangan ghirah dakwahnya. Karena sudah kita ketahui bersama, berdakwah itu hukumnya WAJIB bagi setiap muslim. 

Dan untuk sahabatku pembaca yang baik, mari kita lejitkan juga potensi diri ini dengan tujuan dakwah ini. Ingat, orang yang menolong Agama Allah PASTI Allah akan menolongnya. Salam semangat, Allahu Akbar...!!!

Comments