Keadaan Umat Muslim Indonesia



Kita melihat banyak sekali masyarakat di Indonesia ini khususnya umat muslim sudah tidak peduli dengan pendidikan. Pengangguran, kemiskinan dan minimnya tingkat kesadaran untuk saling berbagi menjadi potret mayoritas umat muslim di Indonesia.

Tengok saja keadaan umat muslim di ibu kota Jakarta. Walaupun mayoritas beragama muslim, namun yang menguasai sektor ekonomi di Jakarta kebanyakan bukan umat muslim.
Umat muslim tak kuasa untuk mengambil alih kekuasaan di lini ekonomi ini. Umat muslim sangat lemah bahkan yang lebih mengenaskan, banyak dari umat muslim yang bekerja maupun dipekerjakan untuk umat nun muslim secara tidak layak.

Data menunjukkan pengusaha Indonesia jumlahnya masih kurang dari 2 %. Padahal suatu negara mampu berkembang menjadi negara maju apabila jumlah pengusahanya minimal mencapai 2 %. Yang lebih miris lagi, data pengusaha Indonesia yang kurang dari 2 % tersebut kebanyakan bukan orang muslim. Hal ini menyebabkan semakin terpuruknya keadaan umat muslim Indonesia ini.

Perlu kita ketahui, jikalau selain umat muslim yang menguasai sektor ekonomi maka tentulah mereka akan menerapkan sistem kapitalis yang pasti akan sangat memperluas kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin. Selain itu, dampak lain adalah makin maraknya kejahatan di negeri dengan iklim tropis ini yang semua itu terjadi karena faktor dorongan ekonomi di tambah dengan bisikan ‘iseng’ dari syaitan.

Ada lagi dari lini pendidikan. Masih banyak umat muslim yang belum sadar arti pentingnya pendidikan. Padahal banyak dari umat muslim pula yang tahu bahwa pendidikan itu hukumnya wajib. Rasulullah saja sadar akan arti pentingnya pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan sabda beliau yang isinya “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”. Kalau Rasul saja mewajibkan pendidikan, masa kita sebagai umatnya malah tidak memedulikan pendidikan?.

Kalau saja pendidikan tidak Rasul wajibkan, maka sudah pasti Islam tidak akan sampai di Indonesia. Kenapa demikian?, coba kita pikirkan bagaimana caranya para pendakwah masuk ke wilayah nusantara ini yang sebelumnya mereka (umat Islam) berhasil menaklukkan kota-kota besar seperti, Andalusia, Baghdad, Córdoba (Spanyol) bahkan Konstantinopel yang sudah berkali-kali di taklukan namun belum berhasil, hingga akhirnya di tangan pasukan M. Al-Fetih kota Konstantinopel akhirnya takluk. Nah dari sini saja sudah bisa kita lihat, betapa umat islam kala itu sangat cerdas hingga menguasai banyak kota-kota besar yang tentunya semua usaha penaklukan tersebut pasti memerlukan pemikiran-pemikiran yang tajam dan cerdas. Belum lagi para penghafal hadis yang mereka mampu menghafal ribuan hadis yang hafalannya itu tidak mudah rontok. Ada lagi tokoh muslim seperti Ibnu Sina yang pernah menulis buku mengenai kedokteran yang hingga sampai saat ini menjadi rujukan ilmu kedokteran dunia.

Dari serangkaian kisah menarik tersebut kita dapat memahami arti diwajibkannya menuntut ilmu (baca: pendidikan) bagi umat muslim. Kalau saja umat muslim di Indonesia tahu dan mengerti bagaimana Islam terbentuk dan sampai ke bumi Nusantara ini, maka boleh jadi umat muslim Indonesia ini akan menjadi umat terdepan yang berkapasitas dan mampu berkompetisi dengan umat lain. Selain itu, umat muslim ini tidak akan lagi dikekang oleh tipu muslihat para kaum kufar.

Ada lagi di sektor budaya Diana budaya-budaya jahiliah yang sama sekali tidak mendidik terus merasuk pada setiap lini kehidupan umat muslim Indonesia ini. Mereka (kaum kufar) selalu berusaha keras bagaimana caranya menghancurkan peradaban Islam. Buktinya sejak Islam pertama kali dibawa dan di dakwahkan oleh baginda Rasulullah Saw, Beliau tidak pernah kedapatan absen dari cercaan, hinaan bahkan ancaman dan siksaan daripada kaum musyrikin.

Semula, keadaan budaya di Nusantara memang masih bersifat menduakan Allah. Namun, kala itu banyak dari para ulama yang terus berupaya agar budaya-budaya musyrik ini dapat hilang dan tergantikan dengan budaya-budaya Islam yang lebih diridai oleh Allah SWT. Akan tetapi langkah para ulama ini terendus oleh para kaum kufar yang menjajah Indonesia kala itu. Maka mereka (baca: kaum kufar) terus berupaya agar budaya masyarakat Indonesia yang semula musyrik dan yang sudah kembali pada rida Allah berubah menjadi budaya baru yang mengedepankan hawa nafsu. Awalnya pergerakan kaum kufar ini memang tak mendapat perhatian dari banyak pendakwah kala itu. Namun, pada akhirnya usaha para kaum kufar ini membuahkan hasil.

Kita lihat, pada hari ini para pemuda sudah tidak ada kepedulian lagi terhadap agama Islam ini. Kita melihat, mereka (baca: pemuda) sudah fasik dengan dunianya sendiri. Dunia yang mengedepankan hawa nafsu (kepentingan dunia) dan mengenyampingkan kepentingan akhirat. Pemuda hari ini yang kelak akan menjadi pemimpin di masa mendatang sudah semakin lemah iman, ilmu dan akhlak. Sudah tidak ada lagi kepedulian dari para pemuda mengenai arti dari mereka hidup di dunia ini. Makna hidup, yang sesungguhnya adalah hanya beribadah dan taat pada Allah dan melaksanakan apa yang Allah dan Rasulnya perintahkan pada kita.

Kita semua(baca: umat muslim Indonesia) tahu betul Tuhan kita satu. Tahu betul kita ini lemah di hadapan-Nya. Tahu betul bahwa yang menciptakan kita hanyalah Allah semata. Tak ada zat yang patut disembah kecuali hanya Allah SWT. Untuk itu, tinggal bagaimana peran kita sebagai aktivis dakwah dalam memancarkan sinarnya bagi mereka yang cahayanya mulai meredup.

Comments