KISAH NYATA : Gara – gara teman, jadi ikut jalan ke Bogor

Sore itu aku baru pulang dari kantor tempatku PKL (Praktek Kerja Lapangan), aku melihat tangan kiriku kemudian hendak melihat pergerakan arah jarum jam pada jam tangan yang ku ikat pada lengan kiriku. Pukul lima lebih sepuluh menit waktu Indonesia bagian barat. Niatnya, aku ingin cepat – cepat pulang ke kosan agar bisa cepat istirahat, karena esok aku diminta oleh temanku untuk ikut bersamanya ke Bogor.


Rencananya aku di minta untuk ikut membantu panitia PKMFT (Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Fakultas Teknik). Dengan niat baik, aku pun mengiakan permohonan temanku. Untuk itu, aku ingin pulang secepat mungkin dari kantor tempat PKL ku agar bisa segera beristirahat dan mempersiapkan fisik dan mental untuk hari esok. Namun Allah menghendaki hujan turun sampai menjelang magrib. Aku akhirnya memutuskan untuk melangkahkan kaki ini menuju Rumah Allah (Masjid) terdekat dari kantorku. Sebetulnya di kantor tempat aku PKL ada masjid, namun karena AC yang terlalu dingin akhirnya aku memutuskan untuk menuju masjid yang tidak memasang AC di dalamnya.

Kondisi Halte Busway tempatku menunggu
Jam menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit. Seusai salat magrib aku segera menuju halte busway terdekat. Saat membeli tiket, petugas penjaga tiket menawarkan padaku mau beli tiket yang mana? Tranjakarta(reguler), APTB atau KOPAJA? Menengok ke kondisi keuanganku saat ini, aku memilih untuk naik Tranjakarta(reguler). yah, walaupun menunggunya lumayan ‘sangat’ lama.

Di halte banyak juga orang yang menunggu bus. Namun, dengan Bismillah aku bersabar menunggu. Sambil menunggu tiba – tiba saja handphone ku berdering. Saat ku aktifkan, pada layar terdapat notifikasi dari grup pada aplikasi messenger ku. “maaf kak, hari ini saya tidak bisa hadir karena ada agenda PKMFT, boleh saya ikut di hari lain ngak kak?” pesan yang dikirimkan salah satu rekan saya. Berkat pesan tersebut, aku jadi teringat. Malam ini aku ada agenda mengaji dengan teman – temanku. “Alhamdulillah, Allah sudah mengingatkan aku untuk mengaji lewat aplikasi messenger ini”, kata ku dalam hati. Dengan spontan aku langsung memotret keadaan halte tempat aku menunggu bus transjakarta, kemudian segera mengirimkannya ke grup messenger sambil menambahkan kalimat “maaf kak, saya masih menunggu bus. InsyaAllah sampai paling cepat pukul delapan malam”. Pesan itu kusampaikan kurang lebih sepuluh menit setelah membeli tiket.

Alhamdulillah, akhirnya bus sampai setelah aku menunggu kurang lebih tiga puluh menit. Sayangnya bus yang kutumpangi dalam kondisi yang kurang baik. ‘ACnya bermasalah’ . Berkat itu, aku hampir mabuk kendaraan akibat suhu yang meningkat di dalam bus. Akhirnya, kuputuskan untuk berhenti di salah satu halte untuk menghirup udara segar. 

Hahhhhhh......., Alhamdulillah, betapa nikmatnya udara gratis pemberian dari Allah ini, bisik hati kecilku. Setelah puas menikmati udara segar, aku segera berbaris untuk menunggu bus selanjutnya. Tak di sangka, baru sekitar satu menit bus dengan arah yang kutuju langsung tiba. Aku sungguh bersyukur, ditambah lagi ‘ACnya berjalan normal’.

Karena kondisi perut yang bergejolak. Aku memutuskan untuk pergi ke warungnya mas roman yang lokasinya tidak jauh dari tempat kosku. Mie rebus ditambah telor,tahu dan tempe lalu ditemani dengan secangkir besar jus tomat. Alhamdulillah sungguh nikmat. Nikmat di perut dan juga nikmat di kantong, he..he..he..

Aku bertemu dengan rekan – rekan satu kampusku di warung itu. Terpikirkan olehku untuk meminta tolong pada salah satu rekanku untuk mengantarkanku ke lokasi tempat aku mengaji. Alhamdulillah ada yang bersedia.

Seusai makan, aku segera menuju tempat mengaji dengan di antar oleh salah seorang rekanku. Saat itu waktu yang ku ketahui sekitar pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Sungguh lega hatiku karena materi kajian masih belum usai.

Kajian berlangsung hingga pukul sebelas malam, namun aku baru pulang ke kosan pukul satu lebih sepuluh menit. Aku merasa lelah, namun cukup menyenangkan. Saking lelahnya, aku sampai lupa kalau besok aku harus ke Bogor pagi – pagi sekali untuk membantu panitia PKMFT.

Karena teringat akan cucian yang banyak, plus beberapa baju yang tinggal diseterika. Saya dan teman saya memutuskan untuk menuju Bogor pukul tiga sore.

Singkat cerita, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. kami pun berangkat menuju Bogor tepatnya di Puncak dengan menggunakan angkutan umum. Belum sampai terminal, suara azan asar sudah kami dengar dengan jelas. Kami memutuskan untuk tetap menunggu angkutan umum yang menuju terminal untuk kemudian salat asar terlebih dahulu.

Setelah kami melaksanakan salat asar. Kami bertemu dengan salah seorang rekan yang juga akan membantu jalannya acara PKMFT. Jadilah kami bertiga menuju puncak dengan angkutan umum (bus). Namun sebelumnya kami sudah menyiapkan persiapan yang sempat kami lupakan. Apa itu? M – A – K – A – N. yaps, benar sekali, makan. Untungnya ada yang mau traktir, jadi kantongku tak menjerit kesakitan, he..he.. 

Saat di perjalanan, tepatnya di dalam bus. Banyak sekali orang – orang yang berjualan. Seingatku ada yang berjualan tahu, kacang, salak, alat pembersih telinga, lem Korea, sama hmm.. apa lagi ya? Lupa nih, pokoknya banyak deh. Namun aku tidak melihat sama sekali pengamen jalanan yang biasanya ada untuk membantu menghilangkan penat perjalanan yang cukup jauh ini dengan mendendangkan beberapa buah lagu. Berharap pengamen malah ada orang yang mencoba memamerkan keunikannya berbicara, memang bagus sih tapi sayangnya ia meminta uang belas kasihan dengan pemerasan. Coba bayangkan, temanku yang duduk di sebelah saja di teriakki “BANG, MAKANNYA LEPAS TUH HEADSET.” Padahal temanku memakai headseat sebagai sarana untuk mengingat hafalan Al-Qur’an (Murajaah). Sesekali ia juga meneriaki orang lain “MASA TIGA-TIGANYA NGAK NGASIH SIH’ sembari memelototi mata setiap orang yang di “PALAKINYA”. huh , kesal sih, tapi lebih baik di do’akan agar rezekinya lancar dan kemudian menjadi orang yang dermawan. Aammiinn. :D

Tak di sangka baru sampai awal pintu gerbang puncak, mobil – mobil sudah berderet tak bergerak karena macet. Namun kami bertiga tetap bersabar hingga sampai ke tempat tujuan. Saking sabarnya tempat tujuan kami sampai terlewat beberapa meter. ups.

Ya sudah, kalau begini kami harus jalan kaki menuju vila tempat berlangsungnya PKMFT. Lumayan jauh juga sih. Tapi gara – garda asyik bercanda, pintu gerbang yang jauh di sana seakan datang menuju kami dengan sendirinya. (loh kok bisa?)

Alhamdulillah, kami sampai di vila tepat pukul sebelas malam. Segera kami mengambil air wudu untuk kemudian salat isya dan magrib. Seusai salat kami tilawah sebentar kemudian bercengkerama dengan teman – teman BEM FT dan juga teman – teman panitia yang sedang tidak bertugas.

----------------

Kurang lebih sampai pukul dua belas malam, peserta dijadwalkan tidur. Sementara kami anggota BEM FT beserta panitia penyelenggara melakukan rapat untuk persiapan uji mental. Ingat uji MENTAL ya, bukan uji keberanian, jadi tidak ada acara takut – takutan pada agenda ini.

Menjelang pukul dua, peserta dibangunkan menggunakan petasan. Dan panitia serta rekan pengurus BEM FT segera menyebar ke pos masing – masing. 

Pada pos opening, peserta diberikan sebuah lilin berukuran tiga perempat lilin biasa. Peserta di minta untuk menjaga agar api yang dinyalakan pada lilin tersebut tidak boleh padam, dan harus tetap menyala sampai pada pos terakhir yakni pos tiga. Setelah itu peserta berjalan menuju pos berikutnya, di mana pos berikutnya aku ada di sana. Pada pos tempatku berjaga, aku diminta oleh panitia penyelenggara untuk menguji mental dan keyakinan mereka terhadap amanah yang mereka emban. Jadi aku meminta satu – persatu kelompok yang berdatangan untuk menaruh lilinnya di posku. Sayangnya, usahaku tidak berhasil. Padahal, pasti seru kalau ada yang berhasil aku hasut, he..he..he..

Singkat cerita uji mental telah usai, dan tugasku sudah selesai. Namun aku sampai sore di vila karena jalan untuk pulang masih ditutup polisi dan baru akan di buka pukul empat sore.

Aku yang terlelap tidur di bus APTB Transjakarta
Kondisi Bus APTB Transjakarta
Alhamdulillah, berkat macet aku berdua dengan temanku baru sampai Ciawi pukul delapan malam. Untungnya kami berhasil mendapatkan angkutan APTB Transjakarta ke arah pasar Senen. Busnya sangat nyaman, saking nyamannya aku dan temanku sampai terlelap tidur.

Kami sampai ke halte UNJ pukul sepuluh malam. Karena kondisi perut yang tidak bisa distabilkan, kami memutuskan untuk berkunjung ke warung mas roman untuk makan.

Seusai makan, kurang lebih pukul sebelas malam. Kami pulang menuju kosan. Dan melanjutkan aktivitas kami selanjutnya. T – I – D – U – R. Tapi kalau aku sih ketik dulu perjalananku di blog tercinta ini. he..he..

Sekian kisahku hari ini, semoga bisa diambil manfaatnya.

Comments

  1. waah Hilmy sudah ku follow niiih.. jangan lupa folback yaa :')
    oo kakak BEM FT yaaa.. aku di Dept. Kominfo BEM UNJ 2014-2015

    ReplyDelete

Post a Comment

Yuk tingalin Jejakmu di sini :D