Aku hanya mahasiswa biasa


Aku bersamat sahabatku yang luar biasa
Sudah lama sekali aku tidak berkreasi menuangkan inspirasi – inspirasi hidupku dalam sebuah tulisan. Terbuai dalam nikmatnya film dan acara televisi. Seolah dalam diriku terdapat dua pribadi yang sangat berbeda sikap. Yang satu pribadi positif yang bersemangat, sigap dan rajin. Sedangkan yang satunya ialah pribadi negatif yang lesu, lamban di tambah malas. Pribadi negatifku beberapa Minggu belakangan sedang memunculkan wujudnya. Sehingga dengan sekuat tenaga aku diseret menuju zona nyaman. Zona yang membuatku malas melakukan berbagai hal, termasuk menulis dan membaca buku.


“Aku ingin kembali berkarya”, isak tangis hati kecilku. Membuat aku luluh tak berdaya sehingga aku segera membuka tulisan – tulisan karya beberapa temanku lalu memotivasi diri untuk kembali menulis. 

Belum cukup. Ternyata hanya membaca tulisan karya teman belum cukup untuk membuat jari jemariku mulai membuat tulisan. Beruntung ketika aku pulang ke rumah kemudian mengubah diri menjadi guru bagi ibuku yang notabenenya ialah guruku. Sehingga aku menjadi semakin termotivasi untuk segera menulis.

Menjadi guru?, ya, mengingat ibuku belum terlalu mahir menggunakan internet, terutama untuk aktivitas belajar mengajar. Aku pun mulai dengan fasilitas blog. Aku mengajarkan bagaimana cara membuat blog, cara meng-upload tulisan di blog, hingga bagaimana Men-share tulisan yang ada di blog ke media sosial seperti facebook dan twitter. Sungguh asyik melihat ibunda tercinta menampilkan senyum bahagianya. Apalagi ketika berhasil menerapkan materi yang ku berikan.

Akhirnya setiap pekan aku jadi punya kewajiban untuk memberikan pembelajaran internet untuk Ibunda tercinta. Hal ini membuatku sangat senang. Aku jadi teringat sebuah kalimat dari Ibunda tercinta yang juga seorang guru senior di salah satu sekolah negeri. “Kebahagiaan seorang guru ialah ketika melihat anak didiknya berhasil”. Sungguh lapang rasanya perasaan ini ketika membagi ilmu yang dikuasai kemudian ­mentransfernya kepada orang yang belum memiliki ilmu yang kita kuasai.

Setiap pekan aku minta ibuku tercinta untuk membuat sebuah artikel sederhana. Awalnya memang serasa sulit, namun apabila dibiasakan maka akan terasa mudah dan menyenangkan. Benar saja, aku melihat Ibunda tercinta menjadi semakin semangat dalam membaca dan kemudian menuangkan apa yang ada di pikiran untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan. 

Banyak hal yang membuat semangat berkarya dalam diriku kembali hadir. Di antaranya :

Ibunda tercinta yang semangat dalam membaca dan menulis hingga setiap pekan berhasil membuat satu buah artikel. Lalu teman – teman satu kampus yang sungguh luar biasa dalam menulis, terutama para kakak kelas, baik yang sudah lulus ataupun belum lulus. Ada lagi adik kelasku yang pernah sampai menerbitkan buku. 

Aku jadi ingat motivasi menulis Om Jay di DAAI TV. “Menulis itu pada awalnya sulit maka harus di paksakan. Karena sulit maka tulislah apa yang ada dalam pikiran”. Kalau di pikir kembali, ternyata menulis itu mudah. Apalagi kalau hanya menulis di blog. Tak perlu memikirkan EyD ataupun berbagai macam aturan dalam penulisan. Karena sekalipun tulisan kita B3r4nTk4n (Baca : Berantakan), tidak akan muncul pada rapor kelulusan. Namun, yang perlu di perhatikan ialah hindari tulisan – tulisan yang menimbulkan SARA. Karena hal tersebut dapat menimbulkan perkara yang panjang.

“aku hanya mahasiswa biasa”. Tak ada yang istimewa dari ku. Begitulah pemikiran awal ketika aku ingin memulai kembali dalam menulis. Namun sepintas terpikir olehku, setiap manusia punya hal yang istimewa. Rasanya tak pantas bagiku apabila menghina ciptaan Tuhan yang sungguh sempurna ini. Semoga saja setiap dari kita segera terhempas dari cengkraman sisi negatif kita dan segera meraih tangan dari sisi positif kita. Agar kita dapat menelurkan ribuan karya luar biasa yang dapat kita banggakan.

Comments