Merajut Mimpi Meraih Harapan


Malam ini cuaca agak dingin di Jakarta. Namun, aku beruntung bisa merasakan hangatnya 
ikatan persaudaraan dari teman-temanku. Tepat pukul 00:45 waktu Indonesia bagian barat, aku mulai 
bertekad  untuk  menjadi  pribadi  sungguh-sungguh  ingin menjadi  pribadi yang memang  seperti 
golongan umat yang terbaik.
Membuang semua kesenangan-kesenangan yang melenakan. Kemudian
menggantinya  dengan  segudang  aktivitas  yang  lebih  bermanfaat.  Hal inilah  yang  sedang  aku 
perjuangkan.

Jikalau melirik kembali masa lalu, banyak sekali kesalahan yang telah sengaja ku ukir di batu 
sejarah  kehidupanku. Sehingga di  perlukan  ukiran-ukiran  indah  di  akhir  untuk  melengkapi  kisah 
sejarah hidup ini agar menjadi cerita kehidupan hebat yang patut kusyukuri.

Tak pernah  kubayangkan  sebelumnya. Aku yang  jarang  membaca dan  hampir  tidak  suka 
menulis ini, kini berkeinginan untuk menjadi penulis. Tak pernah tergambarkan sebelumnya. Aku yang 
selalu menyendiri dan selalu takut dalam bertindak ini, kini dikelilingi oleh teman-teman hebat yang
selalu  menyemangatiku.  Tak pernah  kusangka  sebelumnya.  Aku  yang  jarang  dan  takut  dalam 
berwirausaha, kini memulai karier sebagai wirausahawan. Siapa sangka semua hal ini akan terjadi jika 
bukan karena kehendak dari Sang Pengatur Jagat Raya ini. Dialah Allah yang Maha Pemberi Petunjuk. 
Subhanallah.

Alhamdulillah,  aku  selalu  dibimbing  oleh  Allah  ke tempat-tempat  yang membuatku  selalu 
bersemangat dan terus mensyukuri hidup ini. Walaupun terkadang sering dijumpai lingkungan yang 
kurang kondusif, tetapi Allah mengingatkanku kembali agar selalu sukar menyerah dalam kebaikan 
dan  takwa. Jika  di  luar  sana  banyak orang yang  militan dengan  segala macam  perihal  kesenangan 
dunia, mengapa  harus aku takutkan  jika  berusaha  untuk  memilitansi  diri demi  memperjuangkan 
akhirat. Bukankah  akan  lebih  indah  jika  bisa membawa  kebahagiaan  akhirat  untuk  bersama-sama, 
buka hanya kita sendiri. 

Hari ini  aku  banyak  belajar. Bukan hanya  belajar  mengenai  materi  perkuliahan,  melainkan 
belajar bagaimana memaknai kehidupan sehingga bisa merasakan nyamannya akhirat kelak. Teringat 
akan perkataan seorang pendidik kehidupan, “Belajar jangan hanya dari buku..” . Karena buku tidak 
akan memberikan pengalaman yang lebih berharga ketimbang guru kehidupan. Guru kehidupan selain 
mendidik dan membina, ia juga memberikan ikatan hati bagi diriku. Sehingga perkataan-perkataan 
bijak yang keluar dari mulutnya langsung tertancap ke dalam pikiran dan hati ini. Dampaknya, ialah 
perubahan sikap pada diri menjadi pribadi yang lebih baik sesuai dengan yang dikatakan oleh sang 
guru kehidupan. Siapa gerangan sang guru kehidupan?, ia adalah Orang tua, saudara, teman maupun 
masyarakat di lingkungan sekelilingku. Meskipun pada akhirnya, hati nuraniku ini yang mempunyai 
hak untuk memutuskan segala tindakanku.

Bicara itu memang sangat mudah bila dibandingkan dengan perbuatan. Namun, tak pantas 
rasanya ketika kita merasa ‘sok pintar’ namun terlihat tak berdaya dengan realitas yang dihadapi. Akan 
mudah menjadi bahan tertawaan apabila kita terlalu banyak bicara dengan tindakan hampa. Belum 
lagi nantinya akan muncul pribadi-pribadi yang merasa dendam dengan diri kita, apabila kita selalu 
berkata hal-hal yang tidak pernah dilakukan. Pantaslah julukan pendusta mendapatkan kemurkaan 
yang besar dari Allah SWT. Semoga kita terhindar dari sifat seperti ini.

Banyak aku mendengar orang berkata, “jangan berusaha meminta agar kita dimengerti oleh 
orang,  tapi berusahalah  agar  kita mengerti  orang  lain”. Sungguh pendapat  yang  luar  biasa. Tetapi 
apabila  dilihat  ulang,  apakah  sikap  seperti  ini  mampu  mengubah  orang  sepenuhnya?.  Bagaimana 
dengan orang yang sentimen (mudah tersinggung). Maka dari itu usaha untuk memahami orang lain 
saja  dirasa  kurang.  Solusinya  ialah  bagaimana memposisikan agar  membuat  diri  pribadi  menjadi 
teman  (sahabat)  yang  layak  bagi  lingkungan  sekitar,  dengan  harapan  akan  timbul  rasa saling 
memahami antara diri kita dengan lingkungan kita. Walau tak jarang akan ditemui orang-orang yang 
sulit peka dengan kondisi lingkungannya, namun akan menjadi sebuah kebanggaan besar apabila diri 
kita bisa bertahan sebagai penyemangat dan pengingat sahabat kita yang sedang lupa sehingga ia bisa 
kembali peka dengan lingkungan sekitarnya. Dampaknya, orang-orang akan senang dengan kita dan 
segala macam permusuhan maupun persengketaan persentasinya akan menurun.

Semoga saja kita bisa menjadi pribadi yang selalu berusaha dalam kebaikan dan takwa. Jangan 
mau  sampai  terkalahkan  oleh  orang-orang  yang  selalu  berusaha  keras hanya  untuk  kesenangan 
pribadi. Dan pula,  berjuang  melawan hawa  nafsu  pribadi  yang  dengan  gigihnya  berusaha  untuk 
merobek-robek dinding keimanan. InsyaAllah. 

Comments