Karena cinta Engkau menegurku...

Ilustrasi Karena  cinta Engkau menegurku

Suara Takbir membahana, ketika aku tuntas mendengarkan Keputusan tim syuro muktamar FSI Al-Biruni FT UNJ, tentang terpilihnya senior yang juga sahabat saya sebagai orang yang di amanahkan untuk menjadi ketua umum lembaga tersebut.

Aaahhhh...., akhirnya lega perasaan saya ketika mas’ul (Pemimpin) FSI Al-Biruni FT UNJ sudah ditetapkan. Setelah sekitar hampir tiga bulan saya dan teman – teman panitia Muktamar merencanakan agenda ini.


Sore menjelang maghrib pun tiba. Aku segera melangkahkan kaki – kaki penjelajahku ini menuju Masjid Nurul Irfan yang para mahasiswa UNJ sering menyebutnya dengan kata – kata MeNI/MNI. Begitu bahagianya saya, karena bisa kembali berkuliah seperti biasanya, dan melihat orang – orang ramai datang ke MeNI untuk melaksanakan salat maghrib berjamaah.

Sekitar delapan bulan yang lalu tepatnya dua puluh sembilan Juni 2011, adalah pengumuman hasil tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau sering disebut tes SeNaMPTN. Orang – orang yang mengikuti tes tersebut, berbondong – bondong untuk melihat hasil tes SeNaMPTN. Ada yang pagi – pagi sekali membuka website resmi SeNaMPTN, ada juga yang melihatnya melalui surat kabar. Sebenarnya dalam diri saya yakin, saya akan lolos seleksi dan masuk UNJ. Tapi, perasaan takut itu selalu menghantui saya hingga membuatku gemetar hebat. Saya memilih melihat pengumuman hasil tes SeNaMPTN melalui surat kabar. Langsung saja, sehabis salat subuh ayah saya mengajak saya untuk membeli surat kabar dan melihat hasil tes SeNaMPTN.

TANCAAPPPP...!!!! brr.. brrr... ngennnggg..., Langsung ayahku menancapkan gas sepeda motornya untuk segera mencari surat kabar. Berputar – putar kami mencari, dari ujung ke ujung hingga akhirnya setelah kurang lebih satu jam mencari, kami mendapatkan surat kabar yang kami inginkan.

Sesampainya di rumah, ku buka lembaran demi lembaran halaman surat kabar hingga ku temukan halaman yang memuat daftar peserta yang lulus tes seleksi SeNaMPTN. Lembar pertama ku mencari, aku belum menemukannya. Lembar kedua, lembar ketiga, aku pun masih belum menemukan nomor ujian dan namaku. Rasa takut itu semakin membuat jantungku semakin mempercepat denyutannya, dan membuat dingin tubuhku hingga gemetar. Bukan apa – apa, karena apabila saya bisa lulus seleksi ini, saya dapat sedikit meringankan beban orang tua saya. Alhamdulillah, pada akhirnya aku menemukan nama dan nomor urut ujianku pada lembaran keempat. Hal ini membuatku merasa lega, apalagi aku senang ketika melihat wajah orang tuaku tersenyum berseri –seri penuh kebahagiaan.

Tiga bulan selanjutnya, perkuliahan pertamaku di mulai. Yaaahhhh... walaupun sempat nyasar ke kelas Elektronika. Tapi, tak apalah. Di masa – masa awal pula, aku dan teman – teman sekelasku yang ikhwan beragama islam memulai debut kami untuk menjalani mentoring.

Aku sangat senang bisa kembali bermentoring, setelah sebelumnya mentoring saya di tempat dekat dengan sekolah saya yang dulu terhenti.

Pada awal kuliah, memang seperti kebanyakan maba (mahasiswa baru), aku menjalani kuliah ini dengan semangat menggebu – gebu dan semangatku ini seperti derasnya ombak yang menerjang. Karena semangat yang seperti ini. Pada awal bulan, aku selalu datang pagi – pagi sekali. Bahkan hingga satu sampai dua jam sebelum kuliah di mulai, saya sudah berada di kampus.

Ya, itulah, semangatku, semangat seorang mujahid muda yang berjuang dengan niat karena Allah dan ingin sekali membantu orang tua. Tapi, semangatku ini terus tergerus, karena aku terkadang lupa diri hingga niatan awalku mulai berubah. Untungnya aku selalu ikut mentoring bersama teman sekelasku, dan juga bermentoring dengan teman – teman dari parodi lain, hingga berdiskusi dengan para seniorku sampai semangat dan niatan awalku kembali.

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, tapi seharusnya kita tetap bisa menjaga diri kita agar tidak terjerumus ke dalam jurang – jurang kesalahan dan kenistaan. Maka dari itu, kita perlu yang namanya pengingat, perlu yang namanya mengingatkan. Karena Allah sendiri telah menganjurkan kepada kita umat muslim untuk terus mengingatkan dalam berbuat kebaikan dan taqwa.

Menginjak semester kedua perkuliahan, aku mulai kembali membangkitkan semangatku untuk berkuliah dan membuat daftar mimpi – mimpiku di dalam binder kuliahku. Termasuk di antaranya adalah kuliah S2 di Jepang. Hhhmmm... mungkin sepertinya agak mustahil, karena sebelumnya aku sama sekali belum pernah belajar bahasa Jepang, di tambah lagi, dulu aku sangat malas belajar bahasa Inggris. Tapi, tak masalah bagiku. Bagiku sekarang ya sekarang, masa lalu sudah terlewat dan hanya akan menjadi bahan perenungan kita dari kesalahan – kesalahan yang pernah kita perbuat.

Tekad ku sangat besar, tapi sebenarnya ada satu kesalahan yang sangat besar yang saya perbuat tanpa saya sadari. Kesalahan yang dapat membahayakan diriku. Begitu berbahayanya, hingga kalau tak ada seorang pun yang mengingatkan, maka aku akan terjebak dan celaka. Memangnya apa kesalahannya..? saya tekankan lagi hanya satu, yakni niat. Kenapa..? niatan saya pada awal semester kedua ini, dalam mencapai target – target yang telah saya goreskan pada lembaran binder saya adalah semata – mata karena dunia. Sehingga, saya merasa orientasi saya adalah dunia. Astaghfirullah,... hanya itulah yang bisa ku katakan sementara ini. Setelah dengan cinta-Nya, Allah menegur saya melalui bimbingan para senior saya, mahasiswa muslim UNJ.

Ketika itu, setelah penetapan ketua umum FSI Al-Biruni FT UNJ, yang kemudian aku salat maghrib bersama para senior pembimbingku hingga menjelang isya’ , bahkan setelah isya’ pun aku terus mendapat bimbingan dari mereka. Kurang lebih jam sepuluh malam, kami selesai berbincang dan pulang ke rumah masing – masing. Kecuali aku dan salah seorang dari mereka. Kami tidak langsung kembali ke rumah, melainkan kami berdua jalan untuk mencari makanan sambil melanjutkan pembicaraan.

Pada saat itu, hati ku tersentuh bagaikan Allah menegurku melalui kata – kata senior ku. Aku begitu tersentuh dan tersadar, begitu beliau berkata “terkadang orang selalu membeda – bedakan antara kepentingan dunia dengan akhirat, padahal yang benar adalah kepentingan dunia untuk akhirat”. Aku pun terdiam. Seniorku kembali melanjutkan nasihatnya, “antum makannya harus liqo (mentoring) lagi akhi, karena manusia itu gampang lupa, untuk itu liqo (mentoring) adalah sebagai pengingat kita di kala kita lupa”. Hhhhhuuuuhhhhhh..,, rasanya Allah memang sangat cinta pada saya hamba-Nya. Karena, berkali – kali aku diingatkan, berkali – kali aku dimaafkan, dan berkali – kali aku diberi kenikmatan.

Esok harinya, aku berangkat ke kampus dengan ingatan kata – kata seniorku itu. Benar – benar membuatku tersentuh. Tapi, sayangnya, aku lupa untuk berdo’a kepada Allah SWT sebelum aku berangkat ke kampus. Begitu bodohnya aku, yang hanya memikirkan kata – kata seniorku tanpa mengaplikasikannya, hingga lupa untuk berdo’a. Padahal, aku adalah hamba-Nya yang sangat membutuhkan pertolongan dan bimbingan-Nya. Na’udzubillah, semoga sobat semua yang membacanya di jauhkan dari sifat saya yang seperti ini.

Ketika pulang, aku kembali lupa untuk berdo’a (Astaghfirullah), hingga ketika dalam perjalanan tiba – tiba saja aku mengantuk. Hingga motor yang ku kendarai agak oleng, tapi Alhamdulillah tidak terjadi apa – apa pada diriku. Sayangnya, aku kembali lupa untuk mengucapkan hamdalah dan istighfar, sampai – sampai, aku kembali mengantuk dan membuat aku hampir terjatuh. Berulang kali, hingga saat tinggal lima belas menit lagi aku tiba di rumah, aku mendapat kecelakaan. Karena kembali mengantuk, aku menabrak mobil angkot hingga membuatku terjatuh. Tapi, karena sekali lagi, Allah masih sangat sayang pada Aku, Allah mengangkat hati orang – orang yang melihat kejadian tersebut untuk menolong saya. Dan Alhamdulillah, tidak ada orang yang menabrak ku dari belakang.

Dari kejadian itulah aku tersadar, bahwa aku di tegur oleh Allah SWT karena lalai untuk mengingatnya, lalai untuk beribadah kepadanya, dan terkadang niatku belum lurus untuk Allah. Padahal aku tahu, Allah dapat mematikanku kapan saja Ia mau..

Comments